Issues

Marak Generasi Sandwich di Indonesia, Apa Solusinya?

Maraknya generasi sandwich di kalangan milenial, membawa pertanyaan penting soal reformasi dana pensiun di Indonesia.

Avatar
  • May 30, 2022
  • 5 min read
  • 461 Views
Marak Generasi Sandwich di Indonesia, Apa Solusinya?

Generasi sandwich atau generasi terhimpit merupakan istilah yang digunakan untuk menyebut mereka dengan tanggung jawab ganda, yakni kepada anaknya dan orang tua atau mertuanya. Ini bisa berupa secara finansial, alokasi waktu, sampai perawatan fisik jika orang tua sudah dalam kondisi kesehatan tertentu, termasuk kondisi lumpuh.

Mereka yang termasuk generasi sandwich biasanya dianggap sebagai aktor utama penyedia sumber daya keluarga.

 

 

Meskipun menjadi generasi sandwich memberikan beban tanggung jawab ganda, nyatanya banyak yang memutuskan (atau terpaksa) menjadi bagian dari kelompok ini.

Beban Utang Budi

Utang budi terhadap jasa orang tua diyakini menjadi alasan utama mengapa seseorang mau merawat orang tuanya.

Secara sosiologis, utang budi ini merupakan wujud konsep resiprositas, yakni sikap untuk memberi bantuan kembali kepada siapapun yang telah memberikan bantuan sebelumnya.

Dalam hubungan antara anak dengan orang tua, utang budi ini muncul dari kesadaran anak pernah dibesarkan dan dirawat sebelumnya. Merawat orang tua yang sudah lansia dianggap sebagai timbal balik atas jasa orang tua yang sudah merawat mereka.

Merawat orang tua sebenarnya tidak selalu dimaknai sebagai upaya untuk merawat setiap hari seperti memasak, menyiapkan makan, maupun memandikan mereka. Tetapi, ini juga dapat dilakukan dengan memberi sejumlah uang setiap bulan supaya mereka dapat memenuhi kebutuhannya atau sekadar mengunjungi mereka secara berkala.

Baca juga: Beratnya Jadi Generasi Sandwich, Bagaimana Bicarakan Ini dengan Pasangan?

Timbal Balik Keuntungan

Tidak sedikit pula generasi sandwich yang sudah menikah dan berumah tangga namun memutuskan untuk tetap tinggal dalam satu rumah dengan orang tua atau mertuanya. Situasi ini biasanya merupakan hasil kesepakatan yang didasari adanya manfaat timbal balik antara anak dengan orang tuanya tersebut.

Sebuah penelitian terhadap 18 orang yang dapat dianggap generasi sandwich di Indonesia menunjukkan bahwa umumnya, orang tua akan mencoba menawarkan bantuan seperti merawat cucu sehingga anak dapat bekerja dengan tenang di luar rumah.

Atau, pada beberapa kasus, orang tua akan melimpahkan hak waris rumah sepenuhnya kepada anak yang mau tinggal dan merawat mereka saat mereka sudah memasuki masa tua. Negosiasi terkait rumah ini biasanya dilakukan dengan anak yang belum memiliki rumah.

Anak yang menjadi generasi sandwich, menurut penelitian, juga mengaku mendapatkan beberapa keuntungan, antara lain: Adanya bantuan untuk merawat anak mereka (cucu dari orang tuanya) dan adanya kemungkinan untuk mendapatkan rumah.

Seperti yang kita ketahui, fasilitas penitipan anak (daycare) kini masih minim. Kalaupun ada, harganya masih cukup mahal. Sementara itu, sebagian besar generasi milenial memilih bekerja sehingga terpaksa harus meninggalkan anak mereka di rumah.

Banyaknya anak yang pada akhirnya mau tinggal bersama dengan orang tuanya guna mendapatkan hak waris rumah pun merupakan hal yang dapat dipahami. Harga tanah dan rumah yang semakin mahal membuat generasi usia produktif kesulitan membeli rumah.

Dengan demikian, eksistensi generasi sandwich merefleksikan terjadinya hubungan timbal balik secara terus menerus dalam kurun waktu yang lama antara anak dengan orang tua.

Beban Ganda Generasi Sandwich

Bagi mereka yang masuk dalam kategori generasi sandwich, situasi akan terasa semakin sulit jika orang tua semakin bergantung kepada anak. Sementara, orang tersebut memiliki kebutuhan yang harus dipenuhi, misalnya kebutuhan untuk membiayai anak, pasangannya, atau pendidikannya.

Bagi generasi sandwich yang sudah berumah tangga, dampak yang paling terasa adalah dampak ekonomi. Hal ini karena seiring bertambahnya usia dan kebutuhan perawatan, orang tua harus berkompetisi dengan kebutuhan cucunya, seperti biaya pendidikan. Padahal, sumber daya yang dimiliki anak mereka dalam rumah tangga dapat dibilang masih terbatas.

Beberapa penelitian membuktikan generasi sandwich juga dapat menderita konsekuensi psikologis. Dampaknya antara lain adalah stres, depresi, minim pola hidup sehat, bahkan sampai meningkatnya ketidakpuasan pada hubungan pernikahan.

Situasi stres ini biasanya dipicu oleh adanya tuntutan peran antara menjadi ‘perawat’ orang tua, menjadi orang tua, dan tuntutan untuk bekerja membiayai seluruh anggota keluarga.

Baca juga: Untuk Perempuan Generasi ‘Sandwich’: Kamu Berhak Bahagia

Andil Negara

Masalah generasi sandwich sebenarnya bukan hanya perihal hubungan pribadi antaranggota keluarga (anak dengan orang tua), namun dapat menjadi masalah sosial juga.

Lansia di Indonesia sulit untuk mendapatkan kemandirian secara finansial. Indikator kemandirian ini terukur dari tiga hal yang dapat digunakan sebagai sumber pendapatan kelompok lansia saat mereka sudah tidak dapat bekerja lagi, yakni: kepemilikan jaminan pensiun, tabungan hari tua, dan aset pribadi.

Nyatanya, hanya 20 persen dari seluruh populasi lansia di Indonesia yang memiliki jaminan pensiun/ sumber pendapatan tetap lainnya saat lansia. Separuh jumlah lansia hanya memiliki aset rumah untuk ditempati, yang minim kemungkinannya untuk dijual guna memenuhi kebutuhan mereka di usia lanjut.

Terkait masalah ini, negara seharusnya bisa turun tangan memberikan solusi. Masalah pokoknya, orang lanjut usia sebenarnya hanya memerlukan sumber daya untuk menjamin kesejahteraan mereka di hari tua.

Dalam hal ini, salah satu yang dapat dilakukan oleh pemerintah adalah memperbaiki kualitas jaminan pensiun kepada para lansia.

Ada dua alasan mengapa pensiun penting untuk meringankan beban generasi sandwich:

Pertama, memberikan jaminan pensiun dalam jumlah yang layak berarti memberikan sumber daya kepada orang tua untuk meningkatkan kemandirian mereka. Lebih jauh lagi, ini dapat meningkatkan harkat dan martabat mereka.

Kedua, jaminan pensiun dapat meningkatkan sumber daya keluarga. Hal ini dapat membantu mereka mengantisipasi adanya kompetisi atas sumber daya keluarga yang sepenuhnya dilimpahkan kepada anak.

Memang benar salah satu fungsi anggota keluarga adalah saling membantu dan melindungi satu sama lain. Hanya saja, seorang anggota keluarga tidak bisa dibiarkan menanggung tanggung jawab dan beban seluruh anggota keluarga seorang diri. Melalui perbaikan skema pensiun maupun terobosan lain terkait jaminan kesejahteraan hari tua, negara bisa berperan dalam memutus rantai generasi sandwich.The Conversation

Artikel ini pertama kali diterbitkan oleh The Conversation, sumber berita dan analisis yang independen dari akademisi dan komunitas peneliti yang disalurkan langsung pada masyarakat.

Opini yang dinyatakan di artikel tidak mewakili pandangan Magdalene.co dan adalah sepenuhnya tanggung jawab penulis.

 


Avatar
About Author

Darmawan Prasetya

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *