Screen Raves

‘Spencer’, Biopik Menyentuh Seorang Putri Diana

Film biopik Putri Diana, Spencer menyorot tentang pergulatan internal dan tekanan untuk sempurna yang menambah depresi dan gangguan makan, bulimia yang dia alami.

Avatar
  • January 18, 2022
  • 4 min read
  • 790 Views
‘Spencer’, Biopik Menyentuh Seorang Putri Diana

Selama hidupnya Putri Diana Spencer dibanjiri cinta masyarakat dunia. Perangainya yang lembut dan hangat membuat setiap langkahnya diiringi pujian, senyuman, dan rasa sayang dari rakyat. Meski demikian, cinta itu menjadi hampa ketika keluarga kerajaan Inggris tidak menawarkan kehangatan yang sama di tengah lorong-lorong dingin Sandringham Estate, ‘rumah’ liburan keluarga kerajaan di pedesaan. Spencer, film biopik tentang Diana menyorot hal itu. 

Dengan latar tiga hari perayaan Natal 1991, sutradara Pablo Larraín mengangkat pergulatan batin Diana (Kristen Stewart) yang diawasi ketat ‘mata dan telinga’ keluarga kerajaan, Alistair Gregory (Timothy Spall). Sang Putri Rakyat itu semakin dalam tekanan besar saat tuntutan untuk ‘sempurna’ menambah depresi dan gangguan makan, bulimia yang dialaminya. 

 

 

Di saat bersamaan, hubungan Diana dengan keluarga kerajaan yang mengalienasinya berada di ujung tanduk akibat perselingkuhan Pangeran Charles (Jack Farthing) dan Camilla Parker Bowles (Emma Darwall-Smith). Paparazzi ganas pun terus bergerak di antara bayang-bayang Sandringham Estate untuk mendapatkan potret Diana yang nestapa. 

“Lensa (kamera) mereka lebih mirip mikroskop, dan saya adalah serangganya. Mereka mencabut sayap dan kaki saya satu per satu, lalu mencatat bagaimana saya bereaksi,” ujar Diana.

Satu-satunya sosok sekutu ia temukan pada asistennya Maggie (Sally Hawkins), Pangeran William (Jack Nielen) dan Pangeran Harry (Freddie Spry) pun menjadi angin segar di antara kemelut yang ia rasakan saat dikelilingi anggota ‘keluarganya’ yang lain. Walaupun sang sutradara menyebut filmya sebagai a fable from a true tragedy, Spencer merupakan kisah cinta Diana bersama dua anaknya dan perjalanannya menuju kebebasan. 

Sumber: IMBD

 

Baca juga: ‘We Are Lady Parts’: Perempuan Muslim ‘Ngepunk’, Kenapa Tidak?

Biopik yang Sarat Simbolisme

Spencer bisa disebut bukan cerita kerajaan biasa tentang momen sebelum Diana dan Pangeran Charles berpisah pada 1992. Keduanya resmi bercerai empat tahun kemudian. Namun, biopik tentang Diana dan keluarga ayahnya, Spencer yang berkerabat dengan Anne Boleyn, ratu dan istri kedua Raja Henry VIII.

Kedekatan Diana dan Boleyn tidak hanya pada garis keturunan, tetapi ‘disingkirkan’ karena sang Raja/Pangeran menjalin hubungan dengan perempuan lain. Raja Henry VIII memenggal kepala Boleyn, kemudian menikah dengan Jane Seymour. Karenanya, selama hampir dua jam durasi film Diana sering melihat bayang-bayang Boleyn, diperankan Amy Manson, ke mana pun dia pergi. 

Simbolisme tentang retaknya hubungan putri dan pangeran tidak hanya itu. Kalung berlian pemberian Charles, juga diberikan pada Camilla. Ini melambangkan minimnya ruang gerak maupun kontrol yang dimiliki Diana. Selain itu, juga menjadi bukti bahwa keluarga kerajaan dan pernikahannya telah mencekik Diana. 

Meski demikian, momen paling berkesan yang menonjolkan Diana berbeda dengan keluarga kerajaan lainnya saat ia mengatakan, akan mengambil tempatnya bersama burung pegar. Dalam bahasa Inggris burung pegar disebut pheasant yang pengucapannya mirip dengan kata peasant atau rakyat biasa. 

Baca juga: Film Remaja ‘Unpregnant’ Bicara Soal Tubuhku Otoritasku

Di antara kemewahan yang ditawarkan untuk orang-orang ‘berdarah biru’, Diana menemukan kenyamanan menjadi biasa saja. Hal itu juga yang membuatnya relevan dan dekat dengan masyarakat biasa. 

Sumber: IMBD

 

Menghidupkan Diana, Putri Wales

Spencer yang fokus pada rasa kesepian dan kecemasan yang dialami Diana mebuatnya berbeda dengan serial kerajaan Inggris, The Crown. Serial yang diproduksi Netflix itu menceritakan tentang serba-serbi kerajaan di bawah pimpinan Ratu Elizabeth dan Diana adalah salah satu karakter yang terlibat dalam kehidupannya. Sedangkan dalam Spencer, anggota keluarga kerajaan hanya karakter sesekali muncul dalam kisah Diana dan bulimia yang ia derita.

Selain itu, percakapan antara Diana dan Charles dalam Spencer tidak intens, seperti The Crown, di mana Diana yang diperankan Emma Corrin kerap berdebat hebat dengan Charles (Josh O’Connor). Meski demikian, rasanya tidak adil jika membandingkan kedua untuk menemukan siapa aktor paling apik memerankan Diana. 

Baca juga: Representasi LGBTIA di Film ‘Superhero’

Pasalnya, Corrin dan Stewart mampu menghidupkan si Putri Wales dengan caranya masing-masing. Corrin memerankan Diana muda dengan emosi yang meledak, meskipun tersembunyi dalam senyuman khasnya yang malu-malu. Sedangkan Stewart dengan versi Diana lebih dewasa yang merasa terisolasi dan mencari tempat aman untuk bercerita. 

Sumber: IMBD

 

Keduanya juga berhasil meniru gerak gerik Diana, seperti cara jalannya yang elegan, tatapan mata yang mengintip dari poni rambut pirangnya, hingga kepala yang dimiringkan ketika berinteraksi dengan orang lain. 

Perbedaan terletak saat mereka berbicara. Ketika Corrin melafalkan kata-kata yang diucapkan lebih jelas dibandingkan Stewart yang cenderung berbisik. Meski demikian, Stewart yang menghidupkan lagak Diana secara apik berhasil meruntuhkan label tidak bisa akting yang ia terima sejak membintangi Twilight

Pergulatan Diana yang ditampilkan secara surealisme dengan nada warna pastel yang lembut membuat film tersebut lebih cocok untuk festival film daripada penayangan secara komersial. Namun, pesan tentang Diana menemukan kembali ‘rumah’ yang aman dan penuh kasih sayang melalui sosok Pangeran William dan Harry membuatnya tidak layak dilewatkan. 


Avatar
About Author

Tabayyun Pasinringi

Tabayyun Pasinringi adalah penggemar fanfiction dan bermimpi mengadopsi 16 kucing dan merajut baju hangat untuk mereka.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *